Stres adalah respon
tubuh untuk menanggapi tuntutan lingkungan yang menantang, entah itu di pekerjaan,
sekolah, keluarga atau masyarakat. Stres tidak selalu buruk. Ketika stres,
kinerja jantung dan sistem pembuluh darah Anda akan meningkat untuk
menyesuaikan diri dengan beban yang lebih besar. Hal ini akan menguntungkan
Anda, misalnya dalam situasi yang berbahaya bagi keselamatan jiwa. Tingkat
stres yang optimal bahkan dibutuhkan agar Anda selalu bersemangat dan
termotivasi untuk berprestasi.
1. Stres Positif dan Stres Negatif
Menurut ahli
endokrinologi Hans Selye, stres dapat dibedakan menjadi stres positif
(eustress) dan stres negatif (distress). Stres positif seperti pekerjaan yang
menantang dan pertandingan olah raga yang menghibur dapat membuat Anda lebih
bahagia dan sehat. Sebaliknya, stres negatif seperti pekerjaan yang membosankan
dan konflik interpersonal dapat membuat Anda sedih dan sakit.
Stres positif memiliki karakteristik
sebagai berikut:
-
Memotivasi, memfokuskan energi
-
Berjangka pendek
-
Terasa menarik dan dalam batas kemampuan
Anda
-
Meningkatkan kinerja
Stres negatif memiliki karakteristik
sebagai berikut:
-
Menyebabkan kecemasan atau kekhawatiran
-
Berjangka pendek atau panjang
-
Terasa tidak menyenangkan atau di luar
batas kemampuan Anda
-
Mengurangi kinerja
-
Dapat menyebabkan masalah mental dan
fisik
2. Yang menimbulkan stress
a.
Kepribadian
1)
Introvert
– Ekstrovert
Konsep tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert pertama sekali dikemukakan oleh Carl
Gustaf Jung. Jung (dalam Suryabrata, 1998) mengungkapkan konsep jiwa sebagai
dasar pembagian tipe kepribadian.
Konsep sikap
jiwa dijelaskan sebagai arah daripada energi psikis umum atau libido yang
menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas
energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan arah orientasi manusia
terhadap dirinya, dapat keluar ataupun ke dalam. Jadi, berdasarkan sikap jiwa
tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu: manusia yang bertipe
introvert dan manusia yang bertipe ekstrovert.
Jung
mendefinisikan tipe kepribadian introvert sebagai berikut: “Introversion is an attitude of psyche characterized by an orientation
toward one’s own thoughts and feeling....when we say people are introver, we
mean they are withdrawn and often shy and they tend to focus on themselves”
(dalam Schultz dan Schultz, 1993).
Individu tipe
kepribadian introvert terutama dipengaruhi oleh dunia subjektifnya, yaitu dunia
di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam: pikiran,
perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan faktor-faktor
subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar
bergaul sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang
lain (dalam Suryabrata, 1998).
Tipe kepribadian
introvert bertolak belakang dengan tipe kepribadian ekstrovert, dimana Jung
mengartikan tipe kepribadian ekstrovert sebagai berikut: “Extraversion is an attitude of psyche characterized by an orientation
toward the external world and other people.....Extraverts are more open,
sociable, and socially assertive” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).
Individu yang
tipe kepribadian ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu
dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar, pikiran,
perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya baik
lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Individu bersikap positif
terhadap masyarakatnya; lebih terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang
lain lancar (dalam Suryabrata, 1998).
Jung (dalam
Suryabrata, 1998) menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk kedua
sikap tersebut, tetapi hanya satu yang dominan dan sadar dalam kepribadiannya,
sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak sadar. Apabila ego lebih bersifat
ekstrovert dalam relasinya dengan dunia maka ketidaksadaran pribadinya akan
bersifat introvert.
Menurut Jung
(dalam Ambarita, 2004) tipe-tipe ini dapat kita jumpai pada semua lapisan
masyarakat, baik laki-laki ataupun perempuan, pada orang dewasa ataupun
anak-anak. Pendidikan, lingkungan, jenis kelamin atau umur tidak berpengaruh
pada terjadinya tipe-tipe ini. Dikatakan juga bahwa dalam satu keluarga kedua
tipe ini, introvert dan ekstrovert dapat ditemukan sekaligus.
Jadi sikap kedua
tipe ini (kepribadian ekstrovert dan introvert) terhadap dunia luar atau
lingkungan sekitarnya bukanlah sikap yang diambil dengan sadar dan sengaja.
Sikap yang demikian harus kita anggap mempunyai sebab tak sadar dan instinktif
atau lebih tegas lagi dapat dikatakan bahwa tipe ini dalam lapangan ilmu jiwa
memiliki dasar biologis (dalam Ambarita, 2004).
Jung menganggap
sikap manusia terhadap dunia luar itu sebagai suatu soal penyesuaian diri,
sebab cara suatu tipe menyesuaikan diri dengan dunia luar akhirnya akan
bergantung kepada pembawaan si anak itulah yang pertama- tama akan menentukan
ke dalam tipe mana kelak ia masuk (apakah tipe kepribadian ekstrovert atau
introvert). Pembawaan itu pula yang menentukan bagaimana anak itu akan
menyesuaikan diri dengan dunia luar.
2)
Flexibel
Sebagian orang acapkali mensalah artikan kepribadian fleksibel itu
adalah kepribadian yang berubah-ubah dan tidak tetap pendirian. Akan tetapi hal
tersebut salah besar, mengapa? Karena yang dimaksud dengan kepribadian
fleksibel sendiri ialah suatu kepribadian yang mampu menempatkan diri sesuai
dengan situasi/keadaan, waktu, dan tempat. Kepribadian yang tidak tetap dan
berubah-ubah itu sebenarnya kepribadian bunglon. Tapi kita masih saja
menganggap bahwa kepribadian fleksibel adalah kepribadian bunglon. Kenapa
disebut kepribadian bunglon? Karena bunglon bisa berubah-ubah sesuai dengan
tempatnya.
3)
Berlebihan
Ada banyak
gejala gangguan kepribadian histerik, salah satunya adalah mencari perhatian.
Semua orang ingin diperhatikan, tetapi yang satu ini terlalu berlebihan. Mereka
bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian. Mereka tertawa lebih
keras, berdandan kurang pas, karena mereka merasa selalu membutuhkan perhatian.
Dan jika mereka tidak mendapatkannya, mereka akan kesaL, marah, dan tak jarang
membuat ulah, sehingga membuat sengsara semua orang di sekitar mereka. Pada
artikel ini, kita akan mencoba memahami tentang gangguan kepribadian histerik,
salah satu dari banyak jenis gangguan kepribadian yang mempengaruhi banyak
orang saat ini.
Gangguan
kepribadian histerik ditandai dengan dramatisasi berlebihan dan perilaku
emosional berlebih. Orang dengan ciri-ciri tersebut dinilai sangat egois dan
mudah sekali merasa bosan, tetapi orang yang merasa mudah bosan bukan berarti
pasti mengalami gangguan ini.
Penderita
gangguan kepribadian histerik juga mempunyai rasa emosional berlebihan, mereka
mengungkapkan emosinya di depan banyak orang sehingga menjadi pusat perhatian.
Mereka cenderung untuk memperbesar masalah mereka sendiri/hiperbola, oleh
karena itu menjadi dikelilingi oleh begitu banyak kesulitan.
Orang dengan
gejala gangguan kepribadian histerik bisa merusak hubungan. Mereka tidak bisa
berempati ataupun bersimpati dan tidak suka mendengarkan atau menyesuaikan diri
dengan orang lain. Mereka suka untuk mendominasi pasangan mereka dengan
manipulasi yang menggoda. Provokatif adalah salah satu sifatnya juga, selain
menjadi pembohong kompulsif.
b.
Kecakapan
Kecakapan
adalah kecakapan untuk melakukan adaptasi dan perilaku positif yang
memungkinkan individu untuk melakukan reaksi secara secara efektif dalam
menghadapi kebutuhan dan tantangan sehari-hari. Sedangkan Menurut UNICEF yaitu perubahan
perilaku atau pendekatan pengembangan perilaku yang diarahkan untuk menjamin
keseimbangan antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
c.
Nilai
dan Kebutuhan
1) Sosialisasi : Sebuah proses penanaman atau
transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog
menyebut
sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena
dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh
individu.
2) Adaptasi : adalah cara bagaimana organisme mengatasi
tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu
beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
·
memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
·
mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur,
cahaya dan panas.
·
mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
·
bereproduksi.
·
merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme yang mampu beradaptasi
akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi
kepunahan atau kelangkaan jenis.
3) Internalisasi : proses pemasukan nilai pada
seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas
pengalaman. Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari berbagai aspek baik agama,
budaya, norma sosial dll. Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan
dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di
sekelilingnya.
3. Reaksi Stress Fight or Flight
Reaksi fight or flight melibatkan banyak perubahan
biologis yang menyiapkan anda untuk bertindak darurat. Ketika anda merasakan
bahaya, sebuah bagian kecil dari otak anda, yaitu bagian hypothalamus, akan melepaskan
sebuah peringatan kimiawi ke dalam tubuh anda. Sistem saraf anda menanggapi
peringatan tersebut dengan membanjiri tubuh anda dengan hormon-hormon yang
berhubungan dengan stres, seperti adrenalin, epinephrine,
dan cortisol.
Hormon-hormon tersebut menyebar ke dalam tubuh anda, dan mempersiapkannya untuk
menghindari atau melawan bahaya yang anda rasakan. Detak jantung dan aliran
darah menuju otot anda bertambah, sehingga anda dapat berlari lebih cepat atau
melawan dengan lebih keras. Pembuluh darah di bawah kulit anda menyempit untuk
mencegah anda kehilangan darah bila anda terluka. Pupil mata anda melebar
sehingga anda dapat melihat lebih jelas. Kadar gula darah anda meningkat,
sehingga tenaga dan kecepatan reaksi anda bertambah. Pada saat yang bersamaan,
fungsi-fungsi tubuh anda yang tidak diperlukan dalam keadaan tersebut akan
diperlambat. Sistem pencernaan dan reproduktif anda dipelankan, hormon-hormon
pertumbuhan anda dimatikan, dan sistem kekebalan tubuh anda dihambat.
Sebenarnya,
stres dan reaksi tubuh anda terhadap stres berfungsi untuk melindungi dan
mendukung diri anda. Reaksi stres inilah yang membantu manusia-manusia purba
untuk bertahan dari situasi hidup atau mati yang sering kali mereka alami.
Tetapi, dalam dunia modern, kebanyakan stres yang anda alami merupakan respon
terhadap ancaman yang bersifat psikologis, bukan fisik. Baik terjebak macet,
maupun terlambat datang kuliah merupakan stresor. Tetapi, keduanya sebenarnya
tidak membutuhkan reaksi fight
or flight. Anda tidak harus melawan mobil-mobil lain yang menghalangi
anda, atau melarikan diri dari dosen yang tidak mau mengabsen anda, bukan?
Masalahnya, tubuh anda tidak dapat membedakan sifat dari ancaman yang anda
alami. Tanpa mempedulikan apakah anda stres karena deadline suatu pekerjaan semakin dekat,
pertengkaran dengan seorang teman, atau kesal karena tidak memiliki uang, bel
peringatan tubuh anda akan berbunyi. Lalu, seperti sebuah manusia purba yang
berhadapan dengan sebuah macan, tubuh anda akan memberikan reaksi fight or flight.
4. Teknik – Teknik Penenangan Pikiran
Teknik
penenangan pikiran memiliki tujuan untuk
mengurangi kegiatan pikiran, yaitu proses berpikir dalam bentuk merencana,
mengingat, berkhayal, menalar yang secara berkesinambungan kita lakukan dalam
keadaan bangun atau dalam keadaan sadar. Jika kita berhasil mengurangi kegiatan
pikiran, maka rasa cemas dan khawatir akan berkurang, kesigapan umum untuk
beraksi akan berkurang, sehingga pikiran menjadi tenang dan stress pun
berkurang.
Teknik yang
digunakan dalam penenangan pikiran adalah :
a.
Meditasi
Konsentrasi adalah
aspek utama dari teknik-teknik meditasi. Dengan konsentrasi kita berusaha
mengendalikan kegiatan berpikir, mengendalikan kecenderungan pikiran kita untuk
melamun, untuk berpindah dari gagasan satu ke gagasan yang lain. Untuk
memudahkan kita ketika berkonsentrasi yang perlu kita lakukan ialah memusatkan
pikiran pada satu hal, satu kata, satu ungkapanyang kita ulang
terus menerus selama waktu tertentu.
Meditasi
menyebabkan adanya relaksasi fisik. Pada saat yang sama meditator mengendalikan
secara penuh penghayatannya dan mengendalikan emosi, perasaan dan ingatan.
Pikiran menjadi tenang, badan berada dalam keseimbangan.
b.
Pelatihan
Relaksasi Autogenik
Relaksasi
autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri. Teknik ini
berpusat pada gambaran-gambaran berperasaan tertentu yang kemudian terkait kuat
dalam ingatan, sehingga timbulnya kenangan tentang peristiwa yang akan
menimbulkan pula penghayatan dari gambaran perasaan yang sama.
Pelatihan
relaksasi autogenik berusaha mengaitkan penghayatan yang menenangkan dengan
peristiwa yang menimbulkan ketegangan, sehingga badan kita terkondisi untuk
memberikan penghayatan yang tetap menenangkan meskipun menghadapi peristiwa
yang sebelumnya menimbulkan ketegangan.
c.
Pelatihan
Relaksasi Neuromuscular
Pelatihan
relaksasi neuromuscular adalah satu program yang terdiri
dari latihan-latihan sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen saraf
yang mengendalikan aktivitas otot.
Individu
diajari untuk secara sadar mampu merelaksasikan otot sesuai dengan kemauannya
setiap saat. Untuk itu perlu dikembangkan kesadaran perasaan pikiran tentang
bagaimana rasa relaks adn mempelajari bagaimana perbedaanya jika sedang tegang.
5. Pengalaman Stress Positif dan
Negatif
Stress positif :
Pada
semester 3 yang lalu saya diberi banyak tugas dari hampir semua dosen
perkuliahan saya, disamping itu tugas yang saya kerjakan harus cepat
diselesaikan sebelum UTS tiba, selain tugas saya juga harus mempersiapkan diri
untuk mempresentasikan tugas yang sudah saya buat itu. Sangking banyaknya tugas
yang saya dapat saya bingung untuk mengerjakan tugas-tugas itu karena semua
tugas itu penting dan harus dikerjakan karena kalau tidak pengetahuan saya dan
nilai saya tidak ada. Saya mulai stress karena bahan-bahan untuk tugas yang
dicari belum semuanya ada, saya mencari dan mencari. Pada suatu hari teman saya
menyarankan saya untuk pergi kesalah satu toko buku yang dia rekomen untuk
mencari buku yang berhubungan dengan tugas yang saya cari itu karena dia pernah
melihat buku itu, akhirnya saya pergi ketoko buku yang disarankan teman saya
itu. Tidak lama mencari akhirnya buku yang saya cari ada, selanjutnya saya baca
dan saya langsung membeli buku itu dan melanjutkan tugas sampai selesai.
Stress negatif :
Tahun
lalu pada bulan november tepatnya tanggal 11 handphone saya rusak dan saya
bingung sekali, seperti diketahui HP adalah barang yang tidak mungkin tidak
dimiliki oleh setiap orang. Pada saat diperjalan pulang kerumah saya stres
karena saya sama sekali tidak memegang alat komunikasi saya takut orangtua saya
menghubungi saya sudah sampai dimana perjalanan saya. Sesampainya dirumah benar
yang saya takuti orangtua saya marah kepada saya karena saya tidak bisa
dihubungi sama sekali.
sumber :